MENGASAH POTENSI DIRI MELALUI KEGIATAN MENULIS
Oleh:
Abd.Jafar M.Nur
“Kehidupan adalah proses
berinteraksi dengan lingkungan. Jika lingkungan tak terjangkau sua pandang,
maka menulis titian yang pas untuk menapak perjalanan zaman. Dunia tak pernah merinci
dirinya sendiri, tapi manusialah yang membutuhkan rincian itu untuk bertutur
antar sesama. Demikian, pandangan penulis. Bagaimana dengan Anda?”
Belajar!
Kata yang satu ini tak pernah jauh dari kehidupan manusia. Secara sadar atau
tidak sadar bahwa segala aktivitas manusia pasti diawali dengan proses belajar.
Belajar dan cita-cita sebagai pasangan nama dalam kata yang memiliki tempat
yang berbeda. Belajar terletak di permulaan sedangkan cita-cica sebagai penutup
sebagai hasil proses. Karena manusia selalu berkeinginan untuk meraih yang
lebih baik, maka proses pembelajaran sebenarnya tak pernah berhenti. Demikian
halnya dengan kegiatan menulis/
Akan tetapi tidak semua orang mampu mengaktualisasikan
kata tersebut menuju peningkatan taraf hidup yang lebih bermakna. Padahal kita
sudah memahami bahwa belajar sebagai proses dalam bentuk melakukan kegiatan
berulang-ulang. Bahkan, ada orang yang melakukan sesuatu secara terus-menerus
walaupun sesungguhnya hal itu sudah dia kuasai. Sudah menjadi hukum alam semua
tindakan dimulai dengan tindakan, karena tidak ada sesuatu yang jadi dengan
sendirinya tanpa tindakan, (La Rose: 2003). Artinya, apabila ada niat untuk
memasang kehidupan kita untuk lebih bermakna, maka menulis menjadi
pilihan yang tepat. .
Claude Levis Strause seorang ahli antropologi Prancis menyatakan bahwa
tulisan merupakan suatu ciptaan ajaib yang pengembangannya membawa manusia pada
suatu kesadaran yang lebih jelas terhadap masa lampau dan dengan demikian akan
melahirkan kemampuan yang lebih besar untuk mengatur masa sekarang maupun masa
depan. Hal tersebut berarti bahwa tulisan mampu menjadi bahan alternative dan
solusi kepada masyarakat pembaca. Selain waktu luang akan terisi secara
produktif, kesibukan menulis tetap aktif, mengasah pikiran agar menjadi
kreatif, sebagai kereta dorong pribadi untuk maju, melatih kepekaan diri agar
terjalin kondusivitas yang memadai, sehingga penataan nilai hidup lebih
menawan, dan bermakna.
Senada dengan Claude, The Liang Gie, menyatakan, kegiatan
mengarang bentuk apapun, tidak hanya bermanfaat melainkan juga menggairahkan
bagi penulisnya, dan sekaligus akan melahirkan nilai tambah dalam berbagai
bentuk seperti nilai kecerdasan, pendidikan, kejiwaan, nilai kemasyarakatan,
dll. Maka, Bernard Percy (1981) mengungkapkan paling sedikit 6 manfaat menulis
yaitu : sarana pengungkapan diri, sarana untuk pemahaman, sarana pengembangan
rasa kepuasan dan kebanggaan, sarana untuk meningkatkan kesadaran dan
pencerahan diri terhadap lingkungan, sarana keterlibatan yang bermakna, dan
sarana untuk mengembangkan rasa bahasa dan kemampuan berbahasa.
Demikian kekuatan yang tersembunyi di dalam kegiatan menulis. Sebuah tenaga dahsyat yang akan mengantarkan
kita untuk maju. Lalu, diamkah kita setelah mengetahui kedahsyatan tersebut?
Semua manusia pasti ingin maju, ingin menguasai dan memiliki sesuatu, maka
berdiam diri harus menjadi kesepakatan untuk kita hindari. Karena kemajuan dan perubahan itu hanya ada di
dalam diri dengan melakukan aktivitas apa pun
bentuknya, apalagi menulis. Lebih dari itu, menulis dapat dijadikan
bahan evaluasi diri dan sebagai media aktualisasi diri.
Menyadari akan makna tulis-menulis akan dapat memompa
semangat diri untuk segera mengambil bagian dalam pemanfaatan waktu luang
dengan kegiatan menulis. Kewajiban kita memulainya dari sekarang karena
menunggu besok pagi berarti kita menumpukkan beban di atas pundak sendiri.
Tidak ada yang bisa mengajarkan kita menulis sebaik pengalaman, dan tak akan
pernah sebaris tulisan pun jika tidak mulai dari satu kata, ungkap Agus
Fathurrahman:1994. Karena itu, memulai adalah kata kunci. Mengingat pengalaman
akan terbentuk setelah ada aktivitas. Kegiatan yang berulang-ulang akan melahirkan
pengalaman yang lebih matang, sehingga dikatakan bahwa pengalaman sebagai guru yang
paling berharga.
Setelah kita sepakat untuk menjadikan menulis sebagai
kegiatan pilihan atau kita berkomitmen untuk menulis, maka berikut ini sebagai sesuatu yang perlu mendapat perhatian
optimal. Yaitu masalah waktu. Manajemen waktu yang baik akan mempengaruhi
kualitas tulisan yang kita selesaikan. Jonru, 2009, menata perhatian terhadap
waktu sebagai berikut: pertama, menyediakan waktu khusus bagi kegiatan menulis.
Kedua, disiplin dalam menggunakan waktu, ketiga, menghargai waktu dan tidak
menunda-nunda pekerjaan, keempat, kenali aktivitas harian. Kelima, mengerti
ptioritas, keenam, gunakan waktu perjalanan, ketujuh, berani tegas untuk
berkata “ tidak” untuk
kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan pemanfaatan waktu secara baik.
Kedelapan, tanamkan tekad kuat untuk menjadi penulis sukses.
Suatu hal yang perlu kita pahami, bahwa menulis dan
membaca sebagai dua kata yang terus bergandengan. Artinya, dua kegiatan yang
terpisah tapi keduanya saling mendukung. Menulis berarti melakukan kegiatan
merakit bahan tulisan menjadi bacaan baru. Bahan yang berserakan diperoleh
melalui kegiatan membaca. Namun demikian, bukan berarti kita membaca meluluh
untuk mendapatkan segudang bahan, karena setumpuk buku yang terlalap tidak akan
mampu menjelma menjadi sebuah tulisan. Tulisan lahir dari menulis, bukan yang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berbagi...