Kamis, 27 Juni 2013

Artikel


MENGASAH POTENSI DIRI MELALUI KEGIATAN MENULIS
Oleh: Abd.Jafar M.Nur

“Kehidupan adalah proses berinteraksi dengan lingkungan. Jika lingkungan tak terjangkau sua pandang, maka menulis titian yang pas untuk menapak perjalanan zaman. Dunia tak pernah merinci dirinya sendiri, tapi manusialah yang membutuhkan rincian itu untuk bertutur antar sesama. Demikian, pandangan penulis. Bagaimana dengan Anda?”
Belajar! Kata yang satu ini tak pernah jauh dari kehidupan manusia. Secara sadar atau tidak sadar bahwa segala aktivitas manusia pasti diawali dengan proses belajar. Belajar dan cita-cita sebagai pasangan nama dalam kata yang memiliki tempat yang berbeda. Belajar terletak di permulaan sedangkan cita-cica sebagai penutup sebagai hasil proses. Karena manusia selalu berkeinginan untuk meraih yang lebih baik, maka proses pembelajaran sebenarnya tak pernah berhenti. Demikian halnya dengan kegiatan menulis/
           Akan tetapi tidak semua orang mampu mengaktualisasikan kata tersebut menuju peningkatan taraf hidup yang lebih bermakna. Padahal kita sudah memahami bahwa belajar sebagai proses dalam bentuk melakukan kegiatan berulang-ulang. Bahkan, ada orang yang melakukan sesuatu secara terus-menerus walaupun sesungguhnya hal itu sudah dia kuasai. Sudah menjadi hukum alam semua tindakan dimulai dengan tindakan, karena tidak ada sesuatu yang jadi dengan sendirinya tanpa tindakan, (La Rose: 2003). Artinya, apabila ada niat untuk memasang kehidupan kita untuk lebih bermakna, maka menulis menjadi pilihan yang tepat. .
Claude Levis Strause seorang ahli antropologi Prancis menyatakan bahwa tulisan merupakan suatu ciptaan ajaib yang pengembangannya membawa manusia pada suatu kesadaran yang lebih jelas terhadap masa lampau dan dengan demikian akan melahirkan kemampuan yang lebih besar untuk mengatur masa sekarang maupun masa depan. Hal tersebut berarti bahwa tulisan mampu menjadi bahan alternative dan solusi kepada masyarakat pembaca. Selain waktu luang akan terisi secara produktif, kesibukan menulis tetap aktif, mengasah pikiran agar menjadi kreatif, sebagai kereta dorong pribadi untuk maju, melatih kepekaan diri agar terjalin kondusivitas yang memadai, sehingga penataan nilai hidup lebih menawan, dan bermakna.
Senada dengan Claude, The Liang Gie, menyatakan, kegiatan mengarang bentuk apapun, tidak hanya bermanfaat melainkan juga menggairahkan bagi penulisnya, dan sekaligus akan melahirkan nilai tambah dalam berbagai bentuk seperti nilai kecerdasan, pendidikan, kejiwaan, nilai kemasyarakatan, dll. Maka, Bernard Percy (1981) mengungkapkan paling sedikit 6 manfaat menulis yaitu : sarana pengungkapan diri, sarana untuk pemahaman, sarana pengembangan rasa kepuasan dan kebanggaan, sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerahan diri terhadap lingkungan, sarana keterlibatan yang bermakna, dan sarana untuk mengembangkan rasa bahasa dan kemampuan berbahasa.
Demikian kekuatan yang tersembunyi di dalam  kegiatan menulis. Sebuah tenaga dahsyat yang akan mengantarkan kita untuk maju. Lalu, diamkah kita setelah mengetahui kedahsyatan tersebut? Semua manusia pasti ingin maju, ingin menguasai dan memiliki sesuatu, maka berdiam diri harus menjadi kesepakatan untuk kita hindari. Karena kemajuan dan perubahan itu hanya ada di dalam diri dengan melakukan aktivitas apa pun  bentuknya, apalagi menulis. Lebih dari itu, menulis dapat dijadikan bahan evaluasi diri dan sebagai media aktualisasi diri.
Menyadari akan makna tulis-menulis akan dapat memompa semangat diri untuk segera mengambil bagian dalam pemanfaatan waktu luang dengan kegiatan menulis. Kewajiban kita memulainya dari sekarang karena menunggu besok pagi berarti kita menumpukkan beban di atas pundak sendiri. Tidak ada yang bisa mengajarkan kita menulis sebaik pengalaman, dan tak akan pernah sebaris tulisan pun jika tidak mulai dari satu kata, ungkap Agus Fathurrahman:1994. Karena itu, memulai adalah kata kunci. Mengingat pengalaman akan terbentuk setelah ada aktivitas. Kegiatan yang berulang-ulang akan melahirkan pengalaman yang lebih matang, sehingga dikatakan bahwa pengalaman sebagai guru yang paling berharga.
Setelah kita sepakat untuk menjadikan menulis sebagai kegiatan pilihan atau kita berkomitmen untuk menulis, maka berikut ini  sebagai sesuatu yang perlu mendapat perhatian optimal. Yaitu masalah waktu. Manajemen waktu yang baik akan mempengaruhi kualitas tulisan yang kita selesaikan. Jonru, 2009, menata perhatian terhadap waktu sebagai berikut: pertama, menyediakan waktu khusus bagi kegiatan menulis. Kedua, disiplin dalam menggunakan waktu, ketiga, menghargai waktu dan tidak menunda-nunda pekerjaan, keempat, kenali aktivitas harian. Kelima, mengerti ptioritas, keenam, gunakan waktu perjalanan, ketujuh, berani tegas untuk berkata “ tidak” untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan pemanfaatan waktu secara baik. Kedelapan, tanamkan tekad kuat untuk menjadi penulis sukses.
Suatu hal yang perlu kita pahami, bahwa menulis dan membaca sebagai dua kata yang terus bergandengan. Artinya, dua kegiatan yang terpisah tapi keduanya saling mendukung. Menulis berarti melakukan kegiatan merakit bahan tulisan menjadi bacaan baru. Bahan yang berserakan diperoleh melalui kegiatan membaca. Namun demikian, bukan berarti kita membaca meluluh untuk mendapatkan segudang bahan, karena setumpuk buku yang terlalap tidak akan mampu menjelma menjadi sebuah tulisan. Tulisan lahir dari menulis, bukan yang lain.




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi...