PEMILUKADA NTB 2013: WARGA BISA HARAP APA?
Oleh: ABD.JAFAR M.NUR
Pemilihan
Umum Kepala Daerah untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah di ambang pintu.
Gambar-gambar calon sudah terpasang di mana-mana. Pohon-pohon yang berbaris di
pinggir jalan raya tak luput dari pertimbangan sebagai tempat strategis. Baleho
berbagai ukuran ikut menyemarak suasana yang dipadukan dengan pemasangan
spanduk berbagai ukuran membentang ruas jalan. Mereka berlomba-lomba untuk
merebut nurani massa. Hal tersebut wajar-wajar saja mengingat masing-masing
calon memiliki peluang yang sama untuk meraih suara terbanyak.
Pada sisi yang berbeda, melalui
proses pemilihan tersebut, masyarakat melepas harapan melalui pilihannya
masing-masing sebagai sebuah proses demokrasi yang kita anut. Setelah itu maka
mereka tinggal menunggu apakah harapan itu akan terpenuhi atau tidak. Tapi ,
dengan antosias yang ada, mereka selalu optimis bahwa proses itu cepat atau
lambat pasti akan terpenuhi karena bagi mereka pemilihan tersebut tidak lain
untuk memilih pemimpin yang siap dalam upaya pemenuhan harapan tersebut. Yaitu
terpenuhinya berbagai fasilitas yang mampu menjadi penopang kelancaran dan
kenyamanan menuju kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Dan hal itulah
yang mendorong semangat pemilih menuju TPS masing-masing. Pada tahapan itu,
masyarakat mengingat slogan tradisional bahwa memimpin itu adalah seni dalam
mengambil keputusan. Maka, pada saat itu terjadi suatu proses batin pemilih
sebelum menentukan pilihan. Dengan mengaduk antara pengalaman masa lalu dengan
harapan yang mereka harapkan , jatuhlah pilihan itu kepada pasangan yang mereka
prediksi akan dapat dan mampu menjalankan amanah warganya.
Dalam benak warga (pemilih),
membayangkan pemimpin sebagai pimpinan sebuah barisan. Semua anggota barisan
tiada yang luput dari perhatian seorang pemimpin. Bahkan anggota barisan yang
paling sering melakukan kesalahan pada setiap langkah dari sebuah aba-aba
selalu mendapat perhatian dan atau pembinaan khusus. Dengan demikian, barisan
akan memiliki ruh kehidupan dalam gerak dan irama yang mampu memukau penonton.
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki peluang untuk itu.
Selama ini, NTB dalam
perjalanannya tantangan dan hambatan segala-galanya selalu dikeluhkan ke bawah.
Kemajuan Nusa Tenggara Barat sangat tergantung pada tingkat kesadaran
rakyatnya. Kesadaran untuk melangkah maju. Sadar kalau kebodohan dan kemiskinan
itu menjadi penyebab keterbelakangan. padahal warga sudah lama merintih,
berpayung kebodohan dan kemiskinan tersebut. Masyarakat NTB paham kalau
pendidikanlah akan mampu menghalau kebodohan yang sudah mengakar, tapi biaya
meniju ke sana senantiasa masih melilit tubuh yang kian bertambah langsing.
Masyarakat mengerti sedalam- dalamnya kalau kemiskinan menambat kuat kaki untuk
melangkah, tapi tenaga untuk melakukan semua itu selalu mengintai dan tak mampu
pergi. Ada lahan tempat bertanam, tapi humus tanah semakin menipis. Tersedia
bahan pengganti humus, tapi biaya tak sepadan. Rakyat terus menjerit, tapi
harap tak pernah putus karena
kepercayaan telah dilimpahkan. Masyarakat terus mendonga sambil menadahkan
telapak tangan dalam komat- kamit, membaca firman Ilahi, karena harapan tetap
terbungkus waktu. Maka, untuk sementara, ada warga yang mengadu nasib ke Negara
tetangga. Keputusan sementara menunggu uluran tangan.
Demikian, waktu melintas tak
pernah permisi. Kini datang lagi pemberitahuan Pemilukada. Iklan Cagub dan
Wacagub menjadi bahan diskusi warga yang cukup mengasyikkan. Warga lagi-lagi
menggantung harap dengan ucapan “semoga,” karena perubahan itu pasti terjadi
seiring masa yang terus melaju. Warga juga paham tentang korupsi yang semakin
menyeruak dan memang menyakitkan, tapi itu bukan lahan garapan mereka. Masyarakat
sudah lama paham bahwa masa lalu adalah pengalaman, sedangkan masa depan tak
lain dari lokasi meraih harapan. Harapan akan terjadi perubahan kearah yang lebih
baik. Keoptimisan masyarakat akan terjadi perubahan kearah yang lebih gemilang
karena mereka tahu kalau kepemimpinan seorang pemimpin itu harus melebur dalam
tiga komponen: cipta, rasa, dan karsa. Implikasinya, pedoman sukses kepemimpinan
cuma ada tiga. 1) memutuskan dari aspek cipta, 2) memutuskan dari aspek rasa,
dan 3) memutuskan dari aspek karsa. (Kompas, 29 juni 2006).
Berpihak pada ketiga aspek
kesuksesan kepemimpinan tersebut, warga NTB saat ini sedang berdiskusi dengan
nurani masing-masing dan atau menerima masukan-masukan dri para Jurkam masing-masing kandidat nantinya
sehingga pilihan mereka dapat memenuhi harapannya. Harapan agar sandang,
pangan, dan papan berjalan seiring, seirama dalam bingkai kebijakan
pemerintah/pemimpin yang bijak, adil, tegas, dan transparan. Pendidikan
dikedepankan. Warga NTB khususnya harus terampil dalam segala urusan kehidupan
apalagi kemartabatan. Tidak terdengar lagi erangan karena kelaparan apalagi kemelaratan.
Warga NTB harus terhindar dari penderita busung lapar. Dengan hanya memberdayakan
potensi alam yang ada, Provinsi Nusa Tenggara Barat sebenarnya cukup
membanggakan. Pemberdayaan petani melalui efektivitas dan efisiensi pengolahan
lahan yang terkontrol dan terkoordinatif
pasti akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan khususnya
ketersediaan bahan pangan. Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus,
mengingat pangan selalu menjadi muara peningkatan pada bidang yang lainnya. Pemenuhan
kebutuhan pangan adalah sentralistik, karena pangan tak terpisahkan dari energi.
Yang selanjutnya akan menentukan kekuatan daya untuk berbuat. Turun naiknya
daya inilah yang akan mewarnai pola laju interaksi suatu masyarakat.
Namun demikian, sesuai
perkembangan yang terjadi saat ini, kebutuhan masyarakat tidak pokus pada suatu
bidang tertentu saja, melainkan sudah multidimensi. Kemajuan dibidang teknologi
informasi dan komunikasi menuntut kita semua berperan aktif. Di sini,
pendidikan menjadi jembatan perangkai menuju masyarakat yang mampu menempatkan
dirinya sesuai kemajuan zaman. Maka, pemilukada yang akan melahirkan pemimpin
khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat nantinya diharapkan mampu menggiring
serta memfasilitasi warganya menuju taraf kehidupan yang menjadi idaman semua
pihak. Pemimpin yang jujur, memiliki rasa kepedulian yang tinggi dan yang
terpenting adalah melengkapi diri dengan semangat keberanian guna melakukan
terobosan-terobosan inovatif.
Sekarang kita bersama-sama
berada dalam kondisi berupaya, berjuang,
dan doa. Ketiga pedoman kepemimpinan: cipta, rasa, dan karsa yang tadi bukanlah harga mati. Tetapi, tanpa
itu juga kita akan melangkah terseok-seok, yang akan mengundang pertanyaan
warga: mengapa hidup kita tidak seindah wajah Provinsinya?
Implikasi jawaban pertanyaan itu
memang melibatkan semua pihak. Namun, sedikit tidak dengan jiwa dan semangat
kepemimpinan yang berlandaskan cipta, rasa, dan karsa tadi ikut mewarnai
dinamika proses menuju perubahan yang kita kehendaki. Karena itu, seorang
pemimpin harus berlaku jujur. Pemimpin yang segera meminta maaf bila melakukan
kesalahan dalam menjalankan programnya. Seseorang yang malu terhadap korupsi.
Pemimpin yang tegas dalam mempertahankan kebenaran, dan yang yakin untuk
memulai sesuatu harus berangkat dari kejujuran, dalam jiwa yang bersih dan
tulus. Tanpa itu, warga mau harap apa?
Penulis
adalah PNS tinggal di Kopang Lombok Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari berbagi...