Rabu, 19 Juni 2013

Suara Rakyat


PEMILUKADA NTB 2013: WARGA BISA HARAP APA?
Oleh: ABD.JAFAR M.NUR
                Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah di ambang pintu. Gambar-gambar calon sudah terpasang di mana-mana. Pohon-pohon yang berbaris di pinggir jalan raya tak luput dari pertimbangan sebagai tempat strategis. Baleho berbagai ukuran ikut menyemarak suasana yang dipadukan dengan pemasangan spanduk berbagai ukuran membentang ruas jalan. Mereka berlomba-lomba untuk merebut nurani massa. Hal tersebut wajar-wajar saja mengingat masing-masing calon memiliki peluang yang sama untuk meraih suara terbanyak.
                Pada sisi yang berbeda, melalui proses pemilihan tersebut, masyarakat melepas harapan melalui pilihannya masing-masing sebagai sebuah proses demokrasi yang kita anut. Setelah itu maka mereka tinggal menunggu apakah harapan itu akan terpenuhi atau tidak. Tapi , dengan antosias yang ada, mereka selalu optimis bahwa proses itu cepat atau lambat pasti akan terpenuhi karena bagi mereka pemilihan tersebut tidak lain untuk memilih pemimpin yang siap dalam upaya pemenuhan harapan tersebut. Yaitu terpenuhinya berbagai fasilitas yang mampu menjadi penopang kelancaran dan kenyamanan menuju kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Dan hal itulah yang mendorong semangat pemilih menuju TPS masing-masing. Pada tahapan itu, masyarakat mengingat slogan tradisional bahwa memimpin itu adalah seni dalam mengambil keputusan. Maka, pada saat itu terjadi suatu proses batin pemilih sebelum menentukan pilihan. Dengan mengaduk antara pengalaman masa lalu dengan harapan yang mereka harapkan , jatuhlah pilihan itu kepada pasangan yang mereka prediksi akan dapat dan mampu menjalankan amanah warganya.
                Dalam benak warga (pemilih), membayangkan pemimpin sebagai pimpinan sebuah barisan. Semua anggota barisan tiada yang luput dari perhatian seorang pemimpin. Bahkan anggota barisan yang paling sering melakukan kesalahan pada setiap langkah dari sebuah aba-aba selalu mendapat perhatian dan atau pembinaan khusus. Dengan demikian, barisan akan memiliki ruh kehidupan dalam gerak dan irama yang mampu memukau penonton. Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki peluang untuk itu.
                Selama ini, NTB dalam perjalanannya tantangan dan hambatan segala-galanya selalu dikeluhkan ke bawah. Kemajuan Nusa Tenggara Barat sangat tergantung pada tingkat kesadaran rakyatnya. Kesadaran untuk melangkah maju. Sadar kalau kebodohan dan kemiskinan itu menjadi penyebab keterbelakangan. padahal warga sudah lama merintih, berpayung kebodohan dan kemiskinan tersebut. Masyarakat NTB paham kalau pendidikanlah akan mampu menghalau kebodohan yang sudah mengakar, tapi biaya meniju ke sana senantiasa masih melilit tubuh yang kian bertambah langsing. Masyarakat mengerti sedalam- dalamnya kalau kemiskinan menambat kuat kaki untuk melangkah, tapi tenaga untuk melakukan semua itu selalu mengintai dan tak mampu pergi. Ada lahan tempat bertanam, tapi humus tanah semakin menipis. Tersedia bahan pengganti humus, tapi biaya tak sepadan. Rakyat terus menjerit, tapi harap tak pernah putus  karena kepercayaan telah dilimpahkan. Masyarakat terus mendonga sambil menadahkan telapak tangan dalam komat- kamit, membaca firman Ilahi, karena harapan tetap terbungkus waktu. Maka, untuk sementara, ada warga yang mengadu nasib ke Negara tetangga. Keputusan sementara menunggu uluran tangan.
                Demikian, waktu melintas tak pernah permisi. Kini datang lagi pemberitahuan Pemilukada. Iklan Cagub dan Wacagub menjadi bahan diskusi warga yang cukup mengasyikkan. Warga lagi-lagi menggantung harap dengan ucapan “semoga,” karena perubahan itu pasti terjadi seiring masa yang terus melaju. Warga juga paham tentang korupsi yang semakin menyeruak dan memang menyakitkan, tapi itu bukan lahan garapan mereka. Masyarakat sudah lama paham bahwa masa lalu adalah pengalaman, sedangkan masa depan tak lain dari lokasi meraih harapan. Harapan akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik. Keoptimisan masyarakat akan terjadi perubahan kearah yang lebih gemilang karena mereka tahu kalau kepemimpinan seorang pemimpin itu harus melebur dalam tiga komponen: cipta, rasa, dan karsa. Implikasinya, pedoman sukses kepemimpinan cuma ada tiga. 1) memutuskan dari aspek cipta, 2) memutuskan dari aspek rasa, dan 3) memutuskan dari aspek karsa. (Kompas, 29 juni 2006).
                Berpihak pada ketiga aspek kesuksesan kepemimpinan tersebut, warga NTB saat ini sedang berdiskusi dengan nurani masing-masing dan atau menerima masukan-masukan dri para Jurkam masing-masing kandidat nantinya sehingga pilihan mereka dapat memenuhi harapannya. Harapan agar sandang, pangan, dan papan berjalan seiring, seirama dalam bingkai kebijakan pemerintah/pemimpin yang bijak, adil, tegas, dan transparan. Pendidikan dikedepankan. Warga NTB khususnya harus terampil dalam segala urusan kehidupan apalagi kemartabatan. Tidak terdengar lagi erangan karena kelaparan apalagi kemelaratan. Warga NTB harus terhindar dari penderita  busung lapar. Dengan hanya memberdayakan potensi alam yang ada, Provinsi Nusa Tenggara Barat sebenarnya cukup membanggakan. Pemberdayaan petani melalui efektivitas dan efisiensi pengolahan lahan yang terkontrol dan terkoordinatif  pasti akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan khususnya ketersediaan bahan pangan. Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus, mengingat pangan selalu menjadi muara peningkatan pada bidang yang lainnya. Pemenuhan kebutuhan pangan adalah sentralistik, karena pangan tak terpisahkan dari energi. Yang selanjutnya akan menentukan kekuatan daya untuk berbuat. Turun naiknya daya inilah yang akan mewarnai pola laju interaksi suatu masyarakat.
                Namun demikian, sesuai perkembangan yang terjadi saat ini, kebutuhan masyarakat tidak pokus pada suatu bidang tertentu saja, melainkan sudah multidimensi. Kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi menuntut kita semua berperan aktif. Di sini, pendidikan menjadi jembatan perangkai menuju masyarakat yang mampu menempatkan dirinya sesuai kemajuan zaman. Maka, pemilukada yang akan melahirkan pemimpin khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat nantinya diharapkan mampu menggiring serta memfasilitasi warganya menuju taraf kehidupan yang menjadi idaman semua pihak. Pemimpin yang jujur, memiliki rasa kepedulian yang tinggi dan yang terpenting adalah melengkapi diri dengan semangat keberanian guna melakukan terobosan-terobosan inovatif.
                Sekarang kita bersama-sama berada dalam kondisi  berupaya, berjuang, dan doa. Ketiga pedoman kepemimpinan: cipta, rasa, dan karsa  yang tadi bukanlah harga mati. Tetapi, tanpa itu juga kita akan melangkah terseok-seok, yang akan mengundang pertanyaan warga: mengapa hidup kita tidak seindah wajah  Provinsinya?
                Implikasi jawaban pertanyaan itu memang melibatkan semua pihak. Namun, sedikit tidak dengan jiwa dan semangat kepemimpinan yang berlandaskan cipta, rasa, dan karsa tadi ikut mewarnai dinamika proses menuju perubahan yang kita kehendaki. Karena itu, seorang pemimpin harus berlaku jujur. Pemimpin yang segera meminta maaf bila melakukan kesalahan dalam menjalankan programnya. Seseorang yang malu terhadap korupsi. Pemimpin yang tegas dalam mempertahankan kebenaran, dan yang yakin untuk memulai sesuatu harus berangkat dari kejujuran, dalam jiwa yang bersih dan tulus. Tanpa itu, warga mau harap apa?

                                                                                Penulis adalah PNS tinggal di Kopang Lombok Tengah
               
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari berbagi...